YANG DISUKAI WANITA

5 Kriteria Penis Impian Bagi Wanita


Ukuran penis adalah hal yang paling sering dikhawatirkan pria saat akan bercinta dengan pasangannya. Padahal ukuran bukanlah hal utama yang diinginkan wanita. Ini lima hal yang wanita dambakan dari penis.

Ukuran penis adalah hal yang paling sering dikhawatirkan pria saat akan bercinta dengan pasangannya. Padahal ukuran bukanlah hal utama yang bisa buat wanita bahagia.

Saat seorang pria muncul di hadapan pasangannya tanpa busana, wanita tak hanya melihat seberapa besar penis. Tentu saja wanita juga ingin tahu apakah penis tersebut bisa membuatnya orgasme atau tidak.


Berikut ini lima hal yang diinginkan wanita dari penis pria :

1. Tidak Perlalu Terlalu Besar

Menurut dr. Andri Wanananda MS, dalam hubungan intim yang penting bukan panjang dan besarnya, tapi kerasnya penis ketika ereksi (tegang). penis yang mungil tapi keras sudah cukup untuk membuat wanita menikmati orgasme.

"Zona erotik wanita (G-spot) hanya berjarak 5 cm dari pintu vagina," ujar anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI) itu.

Pria dengan panjang penis 10 cm juga tak perlu merasa khawatir tidak bisa membahagiakan pasangannya. Faktanya, panjang rata-rata penis adalah 10-15 cm. Jadi pria dengan panjang penis 10 cm, bisa memuaskan pasangannya. Lagipula, panjang atau tidaknya penis bukanlah masalah besar untuk wanita. Sekali lagi, yang terpenting adalah apakah penis tersebut bisa ereksi atau tidak.

2. Saluran Korona yang Menonjol
Seperti dikutip dari askdanandjennifer, ada dua bagian di penis yang sensitif dengan sentuhan. Salah satunya adalah saluran korona (bubungan yang menonjol), batas yang memisahkan ujung dari tubuh penis.

Saat batang atau tubuh penis ereksi, bubungan yang menonjol itu bisa semakin membesar sehingga bisa menyentuh g-spot wanita dan menstimulasinya saat penetrasi dilakukan. Bubungan ini bisa semakin menonjol pada pria yang sudah disunat.

3. Kepala Penis yang Lebar

Kepala atau ujung penis memiliki jumlah ujung saraf lebih banyak daripada bagian batang. Oleh karena itu area tersebut sangat sensitif pada rangsangan fisik. Wanita pun suka jika disentuh dengan ujung penis. Bagian tersebut dapat menstimulasi g-spot saat bercinta dan membuat wanita mendapatkan orgasmenya.

Meskipun g-spot bukannya satu-satunya titik penting, tapi jika ujung penis itu semakin lebar, bisa membuat wanita semakin terstimulasi. Dengan ujung atau kepala penis yang makin lebar ini pun wanita dapat lebih mudah mendapatkan orgasmenya.

4. Tubuh atau Batang Penis yang Tebal
Selain g-spot, sisi luar Miss. V juga sangat sensitif terhadap sentuhan. penis yang tidak terlalu tebal, kurang bisa menstimulasi area tersebut dengan baik. Hal berbeda terjadi jika si pria memiliki batang penis yang tebal. Saat bersentuhan dengan sisi luar Miss. V akan menciptakan sensai tersendiri dan dengan mudah menstimulasi area tersebut.

Namun bukan berarti pria dengan batang yang tidak terlalu tebal, tak bisa membahagiakan wanita. Pakai teknik tertentu seperti melakukan penetrasi dengan gerakan melingkar bukan menusuk.

5. Penis yang Melengkung ke Atas
G-spot wanita persisnya berada di 2-5 cm dari lubang Miss. V. Pria dengan penis yang melengkung ke atas, bisa lebih mudah menyentuh area g-spot ini. Tapi bukan berarti pria dengan penis yang saat ereksi melengkung ke bawah tak bisa menstimulasi g-spot. Beberapa posisi bercinta bisa membuat g-spot wanita terstimulasi dengan penis tipe tersebut. Salah satu posisi yang bisa dicoba adalah doggy style.

Terlepas dari segala pembahasan bentuk penis yang diungkapkan di atas, ada hal lebih penting lain yang diinginkan wanita dari pasangannya saat bercinta. Hal itu adalah kepercayaan diri. Wanita mau pria yang tidak terlalu banyak bertanya saat bercinta.

Sebelum hubungan seks itu dilakukan, pelajari dulu anatomi tubuh wanita. Kenali di mana saja titik sensitif mereka. Ketahui apa saja posisi bercinta yang bisa membuat Anda dan pasangan bahagia.


Jangan Lupa "Intip Vagina Anda" Setahun Sekali


img
Kanker serviks atau leher rahim masih menjadi salah satu ancaman terbesar bagi para perempuan di seluruh dunia. Ada metode yang sangat mudah dan murah untuk mencegah penyakit ini, yakni "Intip Vagina Anda"secara rutin setahun sekali.

Bagi ibu-ibu yang rajin mengunjungi Puskesmas, istilah Intip Vagina Anda (IVA) tentu sudah tidak asing. Di sebagian besar puskesmas maupun praktik bidan, pasti ada imbauan bagi para perempuan untuk melakukan IVA yang diikuti dengan pap smear secara berkala.

Intip Vagina Anda hanyalah istilah yang dipakai agar lebih mudah mengingat-ingat nama salah satu metode deteksi dini kanker serviks, yakni Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Dibanding pap smear, metode ini jauh lebih murah dan hasilnya tidak kalah akurat.

Alat yang dibutuhkan relatif lebih sederhana karena hanya berupa kapas dan asam asetat, atau yang lebih dikenal dengan cuka dapur. Cuka yang diencerkan kadarnya hingga 3-5 persen itu dioleskan langsung ke permukaan leher rahim dengan bantuan kapas dan pinset khusus.

Dokter atau bidan yang melakukan IVA benar-benar mengintip vagina pasiennya, sebab pengamatannya memang dilakukan secara visual. jika di jaringan leher rahim ada sel-sel kanker atau prakanker, maka cairan asam asetat akan bereaksi dan membentuk kerak putih atau acetowhite.

IVA memang sebaiknya diikuti pap smear karena masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. IVA unggul di sensitivitas yakni sangat peka mendeteksi adanya sel yang tidak normal, sementara pap smear lebih unggul di spesivisitas dalam arti hasilnya lebih akurat mengenali sel kanker.

Namun di daerah-daerah yang tidak ada fasilitas laboratorium untuk pap smear, IVA sendiri sudah cukup memadai sebagai deteksi dini kanker serviks. Pap smear hanya bisa dilakukan di puskesmas atau rumah sakit yang fasilitasnya lengkap karena harus melibatkan ahli patologi untuk mengamati hasilnya.

Bagi perempuan yang sudah aktif secara seksual, deteksi dini kanker serviks baik melalui IVA maupun pap smear sangat penting untuk dilakukan secara rutin minimal setahun sekali. Sayangnya untuk saat ini, baru 10 persen perempuan di Jakarta dan hanya 5 persen di Indonesia yang rajin melakukannya.